DAJONO, A.Ma.Pd |
Betapa puasnya setelah 35 tahun menjadi
guru di Kabupaten
Merauke. Kepuasan ini semakin
bertambah setelah melihat ada peningkatan perhatian Pemerintah di bidang Pendidikan. Apalagi di era Globalisasi seperti
sekarang ini. Segala bidang kegiatan masyarakat sudah terbawa arus Globalisasi. Sekarang
semua serba mesin , alat-alat administrasi sudah canggih dengan adanya
alat-alat seperti laptop, computer. Komunikasi juga sudah canggih dengan adanya
handpone dan internet. Transportasi lancar dengan adanya pesawat- pesawat besar
yang bertarap internasional, sehingga semua akses kehidupan masyarakat
merasakan era globalisasi ini.
Dulu ketika pertama kali menjadi guru, tepatnya
semenjak awal tahun 1978. Pada waktu itu saya mendapat SK CP . bunyi SK tersebut intinya; saya diangkat sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil. Ditugaskan di salah satu SD INPRES di kecamatan ASGON .
Waktu itu ASGON masih
termasuk wilayah Kabupaten Merauke, karena belum pemekaran Kabupaten. Sehingga
menjadi petugas pegawai Pemerintah pada saat itu masih sangat
mengkhawatirkan. Bagaimana tidak karena pada waktu itu di SD INPRES SIGARE
Kecamatan ASGO , itulah salah satu SD yang saya pilih sesuai SK saya adalah suatu tempat yang sangat asing bagi
saya. Semua fasilitas kebutuhan saya tidak tercukupi disana, dan kebanyakkan belum
ada. Yang ada masih bersifat monoton dan membosankan. Terutama pada akses
kegiatan masyarakat semua masih bersifat tradisional. Transportasi dan
komunikasi belum canggih seperti sekarang ini. Dan kegiatan ekonomi masyarakat
masih jauh tertinggal atau belum ada kemajuan.
Banyak hal saat itu belum dapat
berfungsi dengan baik yaitu komunikasi radio telefon hand pone belum ada.
Kalaupun ada hubungan radio yang paling cepat waktu itu adalah Radio SSB di kantor kecamatan. Alat komunikasi
lewat pos juga lambat, sebab sebulan sekali baru ada pesawat. Apalagi
transportasi laut tidak bisa dipastikan keberadaannya.
Andai tidak dibenahi segala permasalahan
ini dan terus berlarut-larut sampai sekarang maka akan berdampak pada segala
akses kehidupan masyarakat di ASGON, yang selanjutnya dampak akan Nampak juga
pada bagian penting dari kegiatan masyarakat yaitu pendidikan . di mana
kondisi pendidikan pada waktu itu ada di bawah standar kelayakan.
Khususnya pada kondisi SDM siswa. Kondisi awal siswa pada waktu itu masih
tergantung oleh kondisi alam tradisi setempat. Kegiatan belajarnya masih
semaunya. Sering meninggalkan sekolah berminggu-minggu dengan alasan ikut
mencari makan bersama orang tuanya. Kondisi ekonomi masyarakat belum layak
untuk menghidupi keluarga. Sehingga kebutuhan anak-anak akan makanan dan pakaian belum terpenuhi layaknya anak sekolah.
Makanan mereka apa ada nya dengan pakaian rok dan
cawat terbuat dari daun sagu. Itulah
keberadaan mereka. Lebih kurang 2 tahun
saya di sana kondisi mereka 80 % masih belum memiliki pakaian yang layak mereka
masih suka menggunakan cawat daun sagu.
Beruntung karena di Sekolah
itu ada tiga orang guru. Kami bersama kepala sekolah ingin berbuat sesuatu
untuk membenahi kondisi yang ada di
sekolah. Yaitu mengkondisikan
anak-anak agar timbul minat dan semangat belajar, serta kelayakan berpakaian pada siswa di sekolah itu. Kami
lengkapi juga pengadaan buku bacaan untuk siswa. Kami benahi masalah
itu , karena yang cukup parah dan perlu penanganan adalah 3 poin itu. Sedangkan
kondisi gedung saat itu masih layak pakai, atau 80 % baik baru dapat bangunan INPRES 1976 .
Proses untuk mengatasi masalah tersebut
adalah perlu pengorbanan dan kerja sama. Pada waktu itu belum ada Program dana
BOS. Sehingga untuk pendanaan dalam mengatasi masalah tersebut adalah dari
kantong kepala sekolah sebagai pendanaan awal. Dan untuk selanjutnya biaya kita
dapat dari hasil kebun anak-anak. Begitulah kami mengawali program pembenahan.
Setelah ada dana
sedikit , arah tujuan kegiatan kita fokuskan untuk memperoleh dana yang lebih
banyak dengan cara :
1.
Membuat
kebun sekolah. Kebun sekolah kita tanami kacang tanah. Hasil kebun kita jual.
Sehingga mendapatkan dana yang besar untuk modal kerja kita.
2.
Membeli alat-alat olah raga sepert bola kaki
dan bola voly dari dana yang ada.
3. Membeli pakaian olah
raga dan pakaian seragam sekolah dengan dana yang ada.
Program ini dapat berjalan dengan lancar
karena kondisi alam cukup subur sangat mendukung. Tenaga kerja anak-anak mampu
untuk kita bina berkebun kacang tanah. Pihak orang tua siswapun turut memberi
dukungan yang kuat. Setelah setahun
berjalan nampak hasil kebun melimpah. Hasil kebun kita jual ke Kepi. Di sana
sudah ada pedagang pengepul yang bersedia menampung dan menerima hasil kebun
kami. Dari hasil kebun itu anak-anak kita belikan alat-alat olah raga seperti bola kaki, bola voly
dan bola kasti. Dan juga pakaian olah raga
serta pakaian seragam sekolah.
Anak-anak senang dengan usaha kami, dan
semakin semangat belajar. Sekarang mereka sudah layak bersekolah dengan pakaian
seragam. Orang tua mereka ikut senang menikmati kondisi yang semakin membaik
ini. Namun yang namanya tantangan itu selalu ada ada saja. Kebiasaan adat di
alam mereka ini masih sulit dihilangkan.
Yaitu kebiasaan
meninggalkan kampung untuk tinggal di hutan yang jauh dari kampung itu masih
selalu mereka lakukan.
Biasanya pada musim panas di mana rawa-rawa
mulai kering orang tua siswa pergi ke hutan meninggalkan kampung untuk waktu
yang lama sekitar dua atau tiga minggu bahkan sampai satu bulan. Mereka ke
hutan membawa hewan ternak mereka dan termasuk anak-anak sekolah. Tapi ada juga
yang tidak ikut meninggalkan kampung. Mereka tinggal di kampung karena alasan
sakit. Tatangan yang lain
adalah kondisi ekonomi masyarakat yang kurang mampu dan taraf hidup sehat yang
masih tertinggal.
Dalam hal ini orang-orang yang turut
berpartisipasi bersama saya adalah Bapak kepala sekolah SD INPRES SIGARE dan
dua orang teman guru yang sama sama tugas di situ. Tidak ketinggalan juga para
pemuda desa yang selalu membantu transportasi dari kampung ke Kepi setiap kami ada urusan penting. Hasil yang dicapai
sangat menggembirakan :
-
Anak
anak dari kampung Sigare banyak yang melanjutkan sekolah ke kota Merauke.
-
Anak
anak tidak meninggalkan sekolah seperti dulu lagi.
- Mereka sekarang lebih
semangat lagi belajar karena di ASGON
sudah ada Sekolah lanjutan SMP dan SMU. Jadi anak-anak tidak
perlu sekolah jauh-jauh lagi ke kota.
Untuk hasil yang dicapai di sini penulis
tidak dapat menampilkan bukti bukti berupa foto-foto keberhasilan , sebab
peristiwa ini sudah lama berlalu dan pada waktu itu belum ada sarana yang
mendukung seperti HP atau Kamera untuk mengabadikan peristiwa itu. Kegembiraan yang
didapat adalah ketika penulis pernah ketemu beberapa mantan murid dari kampung
Sigare yang sudah tamat dari sekolah kejuruan (SPG) dan sudah dapat SK sebagai
guru dapat tugas di kampung sendiri. Anak- anak inilah yang dulu sewaktu saya masih
di Sigare mereka yang cukup berprestasi dan membawa nama baik kampungnya dalam
kejuaraan bola kaki dan voly.
OLEH
: D A J O N O.A.Ma.Pd.
GURU SD
YPPK ONGGARI MERAUKE
0 komentar:
Posting Komentar